Tampilkan postingan dengan label Kritik untuk Negeriku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kritik untuk Negeriku. Tampilkan semua postingan

3.25.2009

Birokrasi Kapitalis (2- habis)

Melanjutkan pembahasan tentang Birokrasi Kapitalis atau yang sebenarnya lebih tepat adalah Kapitalisme yang merasuki birokrasi. Karena pada dasarnya Birokrasi adalah cuma sebuah alat pemerintahan. Alat yang semestinya digunakan dengan baik untuk menyelenggarakan pemerintahan dengan baik sesuai dengan amanat Undang - undang. Namun ketika alat itu jatuh ditangan yang tidak tepat, tentu akan mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat. Kesejahteraan dan rasa keadilan akan sangat jauh untuk dapat dirasakan. Rupanya keadaan ini yang sedang terjadi di negeri kita tercinta. Ada beberapa opini dan ulasan yang akan saya coba untuk tunjukkan dalam tulisan kali ini yang mungkin menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam negara kita ini Kapitalis telah merajalela dan menguasai birokrasi.

Yang pertama adalah ketika mulai pada awal masa reformasi. Pada saat itu bangsa ini berada pada situasi krisis multidimensi. Diawali dengan krisis ekonomi berkepanjangan dan pada akhirnya berimbas pada krisis kepercayaan. Keadaan saat itu penuh dengan ketidakpastian. Nepotisme merajalela, kekuasaan yang terpusat pada satu titik. Kondisi ini sangat dimanfaatkan oleh oknum - oknum diseputar titik kekuasaan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Figur presiden saat itu jadi tampak seperti seorang diktator yang tidak dapat tersentuh. Sistem bernegara kita menjadi bias,...Indonesia yang menganut sistem Republik terasa menjadi lebih Monarki daripada sebuah negara kerajaan. Kekuasaan presiden yang begitu kuat laksana seorang raja mampu mengkebiri seluruh sistem yang sebelumnya telah diatur secara rapi dalam UUD'45. Akhirnya sampailah pada satu masa dan atas kekuasaan ALLOH SWT, akhirnya masa - masa yang tidak jelas itu berakhir pada tahun 1998 melalui sebuah proses suksesi kepemimpinan yang harus ditebus dengan korban jiwa dan linangan darah anak negeri.
Pada saat bangsa ini memasuki sebuah iklim reformasi, keadaan justru menjadi semakin tidak menentu. Dimana semua pihak berkepentingan untuk merebut sisa - sisa kekuasaan dari reruntuhan puing - puing keraton cendana. Disintegrasi bangsa mulai mengancam, satu persatu keadaan di daerah bergolak. Dan pada puncaknya sebuah provinsi dalam wilayah teritorial negeri ini harus lepas dan memerdekakan diri. Tentu saja hal ini juga berkat campur tangan pihak asing yang memanfaatkan kelemahan kondisi dalam negeri, yang pada saat itu juga di pimpin oleh seorang presiden yang lemah dan tidak jelas semangat kenegarawanannya.
Kemudian UUD'45 yang menjadi dasar negara diamandemen berkali - kali sampai akhirnya menjadi tambah kacau dimana undang - undang tersebut telah mulai kehilangan rohnya. Di sinilah awal mulanya para ular - ular Kapitalis itu menjalar, merayap, dan mulai menyebarkan "bisa"nya untuk meracuni bangsa ini. Saat itu bangsa ini telah kehilangan tokoh negarawan yang dapat mempersatukan bangsa. Penyakit tidak saling percaya dan rasa curiga yang berlebihan mulai diidap. Kian hari penyakit ini semakin akut, sehingga chaos terjadi lagi di hampir seluruh pelosok negeri. Sesama anak bangsa saling serang dan saling bunuh. Masa reformasi itu menjadi begitu kelam. Hal ini juga tidak lepas dari peran beberapa pihak intelektual yang mengkondisikan demikian. Negara asing juga pasti ikut bermain. Magnet Indonesia di mata dunia masih mempesona pihak asing yang jahat itu. Akan sangat banyak pihak yang ingin menguasai dan menghabisi sumber daya alam negeri ini. Makhluk asing itu adalah negara - negara Imperialis dan Kapitalis yang paling berhasrat untuk menguasai.
Dan akhirnya sampailah pada proses demokrasi yang melelahkan dalam sebuah pemilu multi partai. Dari sini mulai kuatlah pengaruh kapitalis dalam negara ini. Para kapital dan pemilik modal besar mendirikan partai masing - masing. Dari sekian banyak partai tersebut tidak ada yang memiliki visi dan misi yang jelas. Strategi mereka adalah ingin merebut kekuasaan dengan berbagai cara, termasuk melegalkan cara - cara kotor. (politik uang, intimidasi, kekerasan, dsb). Karena saat itulah perang antar sesama Kapitalis. Kepentingan rakyat begitu terabaikan. Rakyat hanya dijadikan komoditas dan korban. Proses demokrasi ini berakhir dengan keluarnya partai pohon besar sebagai pemenang pemilu dan perebutan pemimpin negeri ini dimenangkang oleh tokoh dari partai bintang kecil. Partai Pohon besar sangat beraroma kapitalis karena didalamnya berisi para pengusaha, konglomerat, dan para ningrat. Hasilnya pasti bisa dibayangkan, begitu mereka berkuasa. Kue besar nan lezat negeri ini akan dibagi - bagi di golongan mereka sendiri dalam bentuk bagi - bagi proyek. Partai bintang kecil yang berhasil menempatkan tokohnya sebagai pemimpin negeri sejatinya berada pada situasi yang kurang menguntungkan untuk menjalankan pemerintahan yang kuat karena perwakilan mereka di parlemen tidak terlalu besar. Partai ini sangat rentan terhadap rongrongan dan serangan dari gedung parlemen. Akhirnya mereka melakukan deal - deal dengan beberapa partai lainnya dalam bentuk koalisi. Dan pastinya ada yang dijanjikan oleh partai bintang kecil kepada para koalisinya untuk dapat terus setia mengawal jalannya pemerintahan partai bintang kecil. Kemudian pemerintahan dibentuk dengan kabinet warna warni nya dengan sokongan dari partai pohon besar. Dan hasilnya adalah situasi saat ini. Cukup berat dirasakan, tapi harus tetap dijalankan.
Contoh - contoh kebijakan kapitalistik pemerintah dan parlemen :
1. Undang - undang ketenagakerjaan yang pro pengusaha dan sangat merugikan kaum buruh. Ingat sebagian besar rakyat ini adalah kaum buruh dan pekerja.
2. Undang - undang tentang penanaman modal asing.
3. Kontrak - kontrak karya dengan pihak asing, yang tidak memberi nilai tambah yang menguntungkan bagi negara.
4. Kebijakan pemerintah tentang Lumpur Lapindo. Disaster yang dibuat oleh pengusaha itu begitu dilindungi pemerintah dan sangat menyiksa rakyat.
5. Kebijakan tentang BBM yang tidak pro rakyat.
6. Kebijakan BLT yang tidak mendidik bagi rakyat.
7. Kesempatan keja yang semakin kecil.
8. Dunia pendidikan yang semakin suram, UU BHMN tentang perguruan tinggi menjadikan pendidikan menjadi begitu mahal dan akan susah untuk dijangkau rakyat kecil.
9. Carut marut penyelenggaraan pemerintah yang mengorbankan pelayanan terhadap masyarakat.
10. Arah reformasi yang semakin jauh dari semangat kerakyatan.
11. Bercokolnya antek - antek Kapitalistik dalam pos - pos strategis pemerintahan.
12. Kondisi moral bangsa yang semakin tidak terkontrol menuju kearah liberalisme.
13. Peran agama yang semakin dikesampingkan dalam penyelenggaraan pendidikan untuk masyarakat.

[+/-] Selengkapnya...

3.03.2009

Birokrasi Kapitalis (1)

Saat ini sering kita mendengar istilah reformasi birokrasi,...namun apa sih sebenarnya birokrasi itu ? Apakah birokrasi itu ? Kenapa dia sampai begitu perlunya untuk direformasi,...apa sebenarnya kesalahan yag telah dibuat olehnya sehingga menjadi tumpahan kesalahan atas kegagalan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik? Birokrasi itu adalah seekor ular berkepala 10 (sepuluh), tempatnya tersembunyi dan dengan begitu dia leluasa menyemburkan racunnya ke arah musuhnya. Rupanya jika diumpamakan sebagai binatang,...Birokrasi itu tampak begitu mengerikan dan menakutkan bagi masyarakat. Padahal sesungguhnya birokrasi itu adalah perkakas (alat) memerintah dan administrasi. Pada masa imperialisme Belanda dan pada zaman Kapitalisme, Birokrasi menjadi alat untuk menindas kaum pekerja.

Biro atau Kantor itu memang perlu buat satu pemerintahan dan satu administrasi. Namun pada perjalanannya, lama kelamaan karena pengaruh kapitalisme menjadi badan yang terpisah dari rakyat dan dipakai menjadi alat penindas semua gerakan rakyat (masyarakat) yang dapat membahayakan kekayaan dan kekuasaan kaum kapitalis yang pada zaman kapitalisme merebut dan memiliki birokrasi itu.
Administrasi tentulah perlu buat suatu negara. Misalnya untuk mengatur masalah kependudukan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produksi, perdagangan, dan lain sebagaimanya. Apalagi untuk satu negara yang mempunyai cacah jiwa sampai puluhan juta, yang turun naik pula penduduknya, yang mempunyai banyak jabatan dalam pemerintahan negara seperti jabatan politik negara, pertahanan negara, perekonomian, lalu lintas, perhubungan, keuangan, penerangan, dan pendidikan. Begitu banyak cabang pekerjaan dan begitu banyak ranting dan lain-lain, dan anak ranting pekerjaan. Susahnya pula semua ranting mesti dipusatkan ke cabang dan semua cabang dipusatkan kepada bagian dan semua bagian di pusat, dipusatkan pula ke PUSAT Negara seluruhnya. Membayangkan hal tersebut memang pekerjaan itu menjadi sulit kalau didengar begitu saja. Tetapi tidak begitu sulit kalau tiap-tiap ranting cabang dan pusat mengetahui hak dan kewajiban dan berani tanggungjawab ke atas dan ke bawah. Yang menjadi masalah, adalah ketika yang di bawah tak berani tanggungjawab dan yang di atas mau memungut semua kekuasaan untuk memutuskan, tetapi sering pula tak berani menanggungjawab putusannya itu. Yang di bawah yang tak berani tanggungjawab itu menanti-nantikan saja putusan dari atas, sampai di atas bertimbun-timbun perkara yang mesti diputuskan. Begitulah Birokrasi (Administrasi) itu menjadi Berat-Kepala (top-heady). Lebih berat kepalanya daripada kakinya. Karena semua putusan mesti datang dari atas, maka semua putusan itu terlambat datangnya ke bawah. Tindakan yang mestinya dijalankan dengan cepat mesti ditunda karena menunggu putusan atasan. Tindakan itu sering terpaksa ditunda selamanya karena tidak akan berhasil lagi kalau dijalankan juga sudah terlewat. Inilah akibat pertentangan dalam dunia kapitalisme. Kesulitan dalam administrasi itu memberi kesempatan kepada kaum hartawan buat menduduki administrasi itu. Mereka mengadakan sekolah menengah dan tinggi buat mendidik anak yang mampu mengadakan dan menjalankan administrasi yang sulit bertingkat-tingkat (hirarkis). Anak-anak yang mampu tentulah anak kaum kapitalis. Dan pada akhirnya anak kapitalislah yang memegang buku, sebagai pemegang aturan (staat) ini dan staat itu, yang diatur secara akademis yang cuma bisa dimonopoli golongan terpelajar, anaknya kapitalis. Begitu semua biro, semua kantor itu jatuh ke tangan golongan kapitalis, sudah tentu kantor itu menjadi alatnya golongan kapitalis. Sudah tentu semua Undang - undang dan tindakan yang menguntungkan kapitalisme lekas dijalankan oleh birokrasi yang dikepalai oleh Menteri Negara. Akibatnya, tuntutan si kapitalis biasanya tiada ditunda. Tetapi semua undang-undang dan tindakan yang merugikan kaum kapitalis tentulah akan "gampang disabot", di "sit down" oleh kaum birokrat kapitalis (si ular tersembunyi dalam administrasi negara)

[+/-] Selengkapnya...

2.13.2009

Merdeka dalam Republik



Merdeka ????, apa sebenarnya makna dibalik kata itu,...
Merdeka itu tidak berarti boleh menjalankan kemauan diri sendiri saja, dengan tiada mempedulikan hak dan kemauan orang lain. Kemauan dari setiap warganegara itu tentunya akan sangat bermacam - macam, dan belum tentu sejalan antara warga satu dengan lainnya. Perlu ada pengendali agar masing - masing kemauan dan kepentingan itu tidak saling mengganggu. Ingat, bahwasanya kemerdekaan itu adalah milik semua warganegara jadi tidak boleh ada kemauan dan kepentingan pribadi yang saling mengganggu. Kemauan warganegara tidak boleh berjalan dengan liar dan harus dikendalikan. Apa yang mampu mengendalikannya ??? Pengendali ini mesti berdaulat dan dihormati oleh seluruh warganegara tanpa keucuali. Pengendali yang amat sentosa itu adalah peraturan atau Undang - undang.

Undang - undang Negara itulah yang menangkap, memeriksa, atau menghukum seorang warganegara yang dianggap salah. Dengan aturan yang sudah ditetapkan itulah Negara mestinya dijalankan. Aturan menjalankan Negara itu dinamai Undang - undang Dasar atau Konstitusi.
Negara yang dijalankan dengan kekuasaan tertinggi berada pada Undang - undang / Konstitusi dinamakan dengan Republik. Seorang ahli filsafat Perancis Montesquieu membagi kerja pemerintahan (Republik) atas tiga bagian :
1. Kekuasaan membuat Undang - undang (Legislative)
2. Kekuasaan menjalankan Undang - undang (Executive)
3. Kekuasaan mengawasi jalannya Undang - undang (Judicial)

Jadi idealnya, membuat, menjalankan, dan mengawasi Undang - undang tidak terletak pada satu orang/satu badan, melainkan pada tiga badan. Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengadakan keseimbangan (check and balance) dalam pemerintahan Negara. Tiap - tiap badan itu ditentukan pula kekuasaannya dengan Undang - undang dan batas - batas kekuasaannya.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah tiap - tiap bagian tersebut akan menjadi terlampau merdeka dan menimbulkan kekacauan ? Kemungkinan itu memang ada. Semua bagian itu harus dipersatukan dan dikuasai oleh kelas yang terkuasa dalam Negara Republik itu dengan perkakasnya yang dinamai birokasi.

[+/-] Selengkapnya...

12.11.2008

Waspadai Paham Liberalisme

Belum Ada Kesamaan Hak Beragama

Sekitar 232 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan terjadi sepanjang 2008. Hal itu disebutkan dalam laporan tahunan Wahid Institute, Jakarta, baru-baru ini. Angka itu dinilai mengindikasikan belum adanya kesamaan hak dalam kebebasan beragama dan berkeyakinan di Tanah air.

Kasus yang cenderung menonjol biasanya terkait penyesatan agama dan kekerasan antargolongan yang mengatasnamakan agama. Hal itu bisa terus berulang jika tidak ada perubahan regulasi hukum yang menjamin hak kebebasan beragama seseorang. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya toleransi antarumat beragama di masyarakat.

Tak hanya itu, sebagian warga Indonesia juga memiliki kecenderungan mudah emosi terhadap perbedaan keyakinan. Lemahnya jaminan hak warga golongan minoritas juga membuktikan penegakan hukum yang lemah di negeri ini. Demikian Pernyataan dari Wahid Institute yang dilaporkan oleh Liputan6.com

Pendapat saya

Saat ini kita perlu untuk mewaspadai gerakan dari sekelompok orang yang bersemboyan tentang kebebasan. Kebebasan dipoles menjadi sesuatu daya tarik yang memikat. Dibalik kebebasan itu terselip juga bencana dan kebodohan, apakah kita bersedia untuk kembali pada jaman jahiliyah dimana semua orang bebas melakukan apa saja dan tidak ada aturan. Peradaban pada saat itu menjadi sangat tidak bermoral. Inipula yang dicoba untuk dikondisikan pada bangsa ini oleh segelintir orang yang menyerukan kerusakan dan perpecahan dibalik slogan-slogan kebebasan. Kelompok ini mungkin merupakan reinkarnasi dari Abu Lahab dan Abu Jahal beserta kroni-kroninya. Karena sesungguhnya kebebasan itu tidak mutlak harus dilaksanakan diseluruh aspek kehidupan. Apalagi dalam masalah spiritual dan keyakinan. Akan banyak orang yang menjadi komunis, atheis, dan animisme jika manusia diberikan kebebasan. Karena sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang sangat tidak sempurna, perlunya ada bimbingan dan pencerahan ke jalan yang benar. Perlu adanya proses pembelajaran dalam berkeyakinan, adalah sangat wajar jika seseorang yang tidak mengerti tentang akidah dan kodrat manusia dibimbing untuk menjadi mengerti dan menjadi manusia yang jauh lebih baik. Dalam proses pembelajaran tersebut dilaksanakan secara fleksibel tergantung dari masing-masing pribadi yang dihadapi, ada yang cukup dengan cara yang lembut dan santun, ada yang memerlukan ketegasan, dan tidak pula menutup kemungkinan dengan cara yang sedikit represif. Tergantung kondisi, manusia yang dihadapi. Selama ini yang dianggap pelanggaran oleh kroni Abu Jahal itu adalah sebuah bimbingan dan pencerahan kepada sekelompok manusia lain yang sesat dan keras kepala agar kembali ke jalan yang benar sesuai akidah dan kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan TUHAN. Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang teratur, damai, bermoral, kondisi sosial kemasyarakatan yang harmonis. Kondisi yang damai tentu saja berawal dari kekuatan spiritual yang mantap dan taat pada aturan dalam berkeyakinan. Kondisi yang damai tidak mungkin tercipta dari manusia-manusia yang berpaham kebebasan tanpa aturan, yang mencoba menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, dan tidak segan-segan merubah tuntunan TUHAN demi memuaskan keinginan dan ambisi. Bukankan itu kafir namanya. SUBHANALLAH......
Semoga kita sekalian bukan termasuk golongan yang dilaknak oleh ALLOH.
Mari kita kembali pada kodrat dan fitrah kita sebagai manusia. Hakekat penciptaan makhluk hidup oleh ALLOH hanya semata-mata untuk beribadah kepada NYA, dan bukan untuk bebas tanpa batas dalam menjalankan hidup.

ALLOHU AKBAR...
ALLOHU AKBAR...


[+/-] Selengkapnya...

Bahaya Laten Kelangkaan Pupuk

Konsep awal negeri ini adalah sebuah negara agraris, dimana sektor industri yang patut untuk dikembangkan adalah industri pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Karena hal tersebut sangat didukung dengan kondisi alam yang subur dan iklim yang relatif ramah terhadap dunia pertanian. Seperti kata pepatah " Negeri Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi " Namun hal ini sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang kita jumpai saat ini, dimana kelangkaan pangan terjadi di hampir merata tempat, bahkan yang sangat memilukan adalah mewabahnya penyakit busung lapar. Sungguh tragis, di negeri yang sangat strategis secara demografis terjadi kelaparan dan busung lapar.

Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa negeri ini salah urus, dari sejak pemerintahan orde lama, orde baru, hingga orde yang terbaru. Bagaimana mungkin negeri yang dulunya subur dan makmur laksana jamrud katulistiwa dan menjadi promadona di seantero jagad berubah menjadi sebuah negara jahiliyah yang diliputi kemalangan dan serba kesusahan. Mencoba untuk sebentar menengok kebelakang, Kerajaan Belanda berlayar dan ekspansi ke Tanah Sumatra dan Jawa karena sangat tertarik dengan cengkeh dan tembakau hasil pertanian nusantara yang sangat memikat. Portugis pertama kali berlayar ke tanah Ambon dan Nusa Tenggara karena terpikat oleh pala. Mereka begitu berhasrat untuk menguasai nusantara karena hasil alam yang sangat bagus kualitasnya. Kenapa bukan itu yang mestinya kita pertahankan dan kita kembangkan. Mengapa harus merambah hutan. Mengapa harus mengeksplor sumber daya alam fosil secara besar-besaran. Bukankah hal itu hanya menimbulkan malapetaka saja. Bencana Alam, Global Warming dan Climate Change adalah sebuah keniscayaan ketika semua sumber daya alam fosil yang ada di perut dan kulit bumi nusantara ini dikeruk dengan sporadis dan tanpa pertimbangan.
Industri pertanian yang seharusnya kita kembangkan seperti halnya ini dikembangkan di Thailand, China, dan Australia. Saat ini semua produk pertanian kita terpuruk dibandingkan dengan hasil produk negara lain, apa yang dimungkinkan menjadi penyebabnya. Industri Pertanian kita lemah, salah satu nya adalah karena kelangkaan pupuk yang menjadi faktor penunjangnya. Apa yang tidak langka di negeri ini, coba kita amati selama ini bahwa kelangkaan suatu komoditas di negeri ini pasti ada gilirannya. Kali ini pupuk pun langka. Negara ini macam tidak mengerti manajemen saja. Semuanya hanya bisa memberikan reaksi ketika segala kelangkaan sudah terjadi.
Mengingat pentingnya pupuk dalam usaha menjaga ketahanan pangan, mari kita kembali kepada amanah UUD'45 dan Pancasila dimana cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Kaitannya dengan pupuk, agar produksi dan distribusi pupuk dikuasai oleh negara.

Produksi pupuk selama ini memang dikuasai oleh negara melalui BUMN, akan tetapi distribusinya dilakukan ole swasta. Pangkal kelangkaan komoditas terjadi dalam dua fase yaitu produksi dan distribusi. Kembali flashback ketika kelangkaan minyak goreng terjadi pertengahan tahun lalu terjadi karena CPO/minyak sawit dilempar semua ke pasar internasional. Fase produksi yang membuat minyak goreng langka, begitupun dengan BBM, hampir semua penyebab kelangkaannya terjadi di sisi distributor (Pertamina) dengan segala permasalahannya. Namun ketika terjadi kelangkaan pupuk terjadi, kesalahan langsung ditimpakan pada distributor tingkat pengecer. Seperti yang banyak kita saksikan di media masa dimana para petani dengan pengecer di tingkat pedesaan sempat bersitegang. Bukankah ini konflik horizontal yang sengaja diciptakan di kalangan masyarakat tingkat bawah. Dimana sesungguhnya bukan mereka yang sebenarnya patut dipersalahkan, namun karena segala keterbatasan yang mereka miliki membuat mereka sengaja dikorbankan. Ini tidak fair !!! Namun jika kita coba cermati lagi, hal ini dapat dimungkinkan karena terjadinya penumpukan di gudang-gudang pabrik seperti yang terjadi di gudang Pusri atau bisa juga karena sebagian besar pupuk di ekspor ke luar negeri. Bukankah ini menyakitkan, dimana BUMN ini didirikan oleh negara dengan salah satu tujuan utamanya adalah memproduksi pupuk untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri guna menunjang industri pertanian. Namun ketika semua BUMN pupuk berlomba untuk meningkatkan ekspor ke luar negeri demi mengejar untung yang notabene akan mereka bagi-bagi dikalangan intern BUMN itu sendiri dalam bentuk bonus, dan berbagai macam hadiah dan fasilitas yang mereka nikmati sendiri. Dimana hati nurani dan moral kita, ketika sesama anak bangsa tidak saling memahami fungsi masing-masing. BUMN ini laksana anak yang durhaka bagi negeri ini yang telah melahirkan mereka.

Sejak oktober lalu sudah masuk musim tanam padi. Pada masa awal, pupuk urea benar-benar sangat dibutuhkan oleh petani agar tanaman padi yang ditanam dapat tumbuh subur dan diharapkan dapat memberi hasil panen yang berkualitas. Terlambat memberi pupuk pada saat awal akan mengakibatkan tanaman padi terganggu pertumbuhannya dan dapat mengurangi potensi hasil panen. Apapun hasil permainan yang sedang dimainkan, kita harus waspada. Bisa saja ini merupakan sabotase untuk memperburuk citra pemerintah yang sedang berkuasa. Tentu saja, tidak seorangpun boleh membiarkan usaha-usaha yang dapat mengganggu ketahanan pangan demi kepentingan sekelompok golongan.

Sekali lagi yang perlu digaris bawahi, bahwa cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Dikuasai bukan berarti negara cukup menguasai mayoritas saham seperti kata pengobral BUMN. Menguasai harus berarti benar-benar menguasai, memiliki 100% saham, menguasai bahan mentahnya apabila tersedia di dalam negeri, dan menguasai distribusinya. Mungkin akan timbul kritik bahwa hal ini merupakan bentuk fasis. Dianggap Fasis tidak menjadi masalah, asalkan kepentingan rakyat harus diutamakan, segala sesuatnya teratur, pupuk selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Tidak seperti saat ini, ketika negara tidak menguasai, semua hal hanya menunggu giliran untuk menjadi langka. JANGAN RAKYAT DIKORBANKAN....

HAPUSKAN KAPITALISME DI NEGERI INI
BANGUN KEMBALI BANGSA, DENGAN SEMANGAT PANCASILA

[+/-] Selengkapnya...

8.27.2008

Sekedar pandangan untuk negeri ini.

Masyarakat negeri ini kembali dikejutkan dengan berita kenaikan harga jual gas elpiji untuk ukuran 12 Kg. Salah satu sebabnya kata sumber dari Pertamina, " bahwa perusahaan monopoli energi terbesar di Indonesia itu mengalami kerugian karena selama ini menjual elpiji dengan harga subsidi ", bahkan dengan harga baru yang dirilis sekarang ini Pertamina mengaku masih merugi hingga 6,5 Triliun. Loh....monopoli kok rugi ??? Ada yang salah ini,...tapi kenapa rakyat yang dijadikan korbannya. Pertamina juga membuat alibi bahwa harga gas dipasar internasional sudah naik cukup tinggi, oleh karena itu maka harga gas elpiji di dalam negeri akan disesuaikan dengan kondisi pasar internasional. Untuk sekedar mengingatkan bahwa sumber gas di tanah air ini cukup melimpah, bahkan nilai ekspor untuk gas terus naik. Jadi gas di sini tidak perlu impor, sehingga biarpun harga gas di internasional melambung kita semestinya tidak kena imbasnya, karena kita punya sumber sendiri. Justru harusnya negeri ini malah untung karena mendapat laba dari hasil penjualan itu. Pemerintah semestinya ikut turun tangan dalam masalah energi ini, dan tidak sepenuhnya mempercayakan pengelolaan energi kepada Pertamina. Hal ini dapat mengakibatkan Pertamina bertindak sewenang-wenang. Pemerintah yang dalam hal ini diwakili Dirjen Migas Departemen ESDM Evita Legowo mengatakan, elpiji 12 kg merupakan bahan bakar umum, sehingga pemerintah tidak melakukan pengaturan harga. "Mereka sendiri yang mengatur," katanya. Aneh ya....kalo kita konsisten pada UUD'45 maka yang namanya bumi, air, dan segala kekayaan alam yang tekandung didalamnya dikuasai oleh negara untuk digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Tapi sekarang,....minyak tanah dihilangkan, BBM dinaikkan, elpiji ikut-ikutan naik.....semua itu kan bahan energi dasar yang sangat mempengaruhi kehidapan kita di jaman modern. Pastikan bahwa ada yang salah terhadap bangsa ini,....mungkin para penyelenggara negara itu perlu kembali menghayati arti Pancasila dan falsafah yang diamanatkan dalam UUD'45. Kalo perlu para penyelenggara negara termasuk yang di BUMN mengikuti penataran P4 lagi.

[+/-] Selengkapnya...

8.22.2008

Semangat Indonesia Raya






Saat lagu kebangsaan dikumandangkan, apa yang seharusnya kita rasakan sebagai warga negara. Perasaan apa yang seharusnya tercipta ?, bangga, heroik, semangat nasionalisme, ataukah biasa saja. Mungkin hal yang selama ini kita anggap sepele. Saat yang mengharukan ketika mendengarkan lagu kebangsaan dikumandangkan, mungkin itu yang idealnya kita rasakan, mengingat untuk meraih kemerdekaan dan menjadi negara yang berdaulat membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat panjang. Di jaman perang kemerdekaan, para nenek moyang kita rela untuk mendengarkan lagu kebangsaan, dan memberi penghormatan kepada lambang negara walau nyawa yang harus dipertaruhkan. Kini di jaman yang sudah jauh lebih baik, terkadang tidak sedikit kita saksikan diri kita merasa biasa saja ketika Indonesia Raya dikumandangkan. Bahkan kita saksikan bendera merah putih yang lapuk dan tidak terawat berkibar. Malu harusnya kita sebagai generasi muda. Hal ini juga berlaku dalam arena olahraga, lagu dan bendera diperdengarkan dan berkibar tatkala para atlet kita berprestasi atau sebagai penghargaan terhadap tim dari suatu bangsa yang akan berlaga. Bukankah saat ini yang menjadi pahlawan adalah para atlet kita. Karena mereka berjuang untuk mengharumkan nama bangsa dan menampilkan eksistensi serta nama baik negara di kancah olahraga. Namun ada sebuah pemandangan yang sangat mencengangkan. Ada pemandangan yang aneh menurut hemat saya. Semalam (21/08/2008) tim sepakbola kita berlaga dalam tajuk Piala Kemerdekaan. Konon acara ini digelar untuk merayakan hari kemerdekaan kita bangsa Indonesia yang pada 63 tahun yang lalu menyatakan berdaulat. Ketika lagu kebangsaan dikumandangakan para pemain kita justru malah ada yang cuek-cuek saja. Ada yang iseng cuma mengunyah permen. Aduh kenapa pahlawan kita begini? Mengapa mereka yang seharusnya kita andalkan untuk mengharumkan nama bangsa lewat sepakbola, tidak mempunyai semangat nasionalisme dan rasa heroik. Memang rasa nasionalisme tidak bisa diukur dengan kemampuan seseorang untuk menyanyikan lagu kebangsaan, namun setidaknya hal itu mencerminkan kecintaan seseorang terhadap bangsanya. Bukankah atlet-atlet dari negara lain bisa dan mampumenghargai negara mereka dengan selalu menyanyikan dengan lantang lagu kebangsaan mereka dalam setiap kesempatan. Kenapa kita tidak?....Marilah kita kembali ke semangat para pemuda dijaman perjuangan kemerdekaan dulu, yang punya rasa nasionalisme tinggi, yang berani melawan siapa saja....demi kejayaan dan nama besar bangsa ini. Merdeka,....Merdeka,.....

[+/-] Selengkapnya...

8.20.2008

Pemimpin Negeri bertanggungjawablah !!

Semburan gas liar di desa Siring Sidoarjo mengeluarkan api. Hal tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi para penduduk di sekitar desa tersebut. Penyelesaian masalah lumpur yang berlarut-larut membuat rakyat menderita dan tersiksa secara lahir batin. Dari sini kita coba mengetuk hati dari seluruh warga masyarakat negeri ini, teriring tanya dari kami, pantaskah hal ini menimpa saudara-saudara kita ?? apa salah saudara kita di sidoarjo sehingga mengalami nasib yang begitu memilukan. Tolong diingat-ingat siapa-siapa yang harus bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup mereka. Untuk saudara-saudaraku mohon bersabar, dan yakinlah ALLOH pasti bersama dengan orang-orang yang sabar dan tetap beriman. Kami serukan kepada para pimpinan di negeri ini tolong segera tuntaskan masalah lumpur dan selamatkan nasib warga Sidoarjo.

[+/-] Selengkapnya...