2.19.2009

HM. Misbach (1879 - 1926)

Pengantar Biografi dan Perjalanan Gerakan
Haji Mohammad Misbach dilahirkan pada tahun 1879 di Kauman Surakarta, letaknya di sisi alun-alun utara. Achmad merupakan nama panggilan semasa kecilnya yang kemudian berganti nama menjadi Darmodiprono setelah ia menikah. Nama Mohammad Misbach merupakan nama setelah ia naik haji. Orang tua Misbach tidak memiliki dasar keagamaan yang kuat, sedangkan Husni Hidayat berpendapat bahwa orang tua Misbach merupakan pejabat keagamaan kraton Surakarta. Meskipun demikian, orang tuanya menyekolahkannya dalam pendidikan pesantren. Misbach juga sempat masuk sekolah Bumi Putera kelas dua selama 2 bulan. Setelah dewasa, ia mengikuti jejak bapaknya, berdagang batik. Pada tahun 1914, Misbach meninggalkan usaha batiknya dan menggeluti dunia intelektual dan organisatoris dengan masuk menjadi anggota Indiansche Journalisten Bond (IJB) yang didirikan oleh Mas Marco Kartodikromo. Mas Marco menggambarkan pertemuannya dengan Misbach dalam tulisan berjudul Korban Pergerakan Rakjat: H. M. Misbach, dengan menggambarkan sosok Misbah bukanlah muslim yang terjebak pada simbol-simbol keagamaan, ia tak segan pula bergaul dengan yang lebih muda karena dimata Misbach tiada perbedaan antara manusia apalagi status kelas. Misbach tak segan pula mengkritik mereka yang mengaku Islam namun enggan untuk berjuang bersama rakyat dan hanya sibuk mengumpulkan harta benda.

Misbach merupakan seorang muslim ortodoks yang sholeh, namun bergerak “setjara djaman sekarang” dengan menerbitkan Medan Moeslimin pada tahun 1915 dan Islam Bergerak pada 1917 yang pada mulanya merupakan respon terhadap diterbitkannya surat kabar Kristen Mardi Rahardjo.; mendirikan Hotel Islam, toko buku dan sekolah agama modern. Pada tahun 1918, kelompok Islam di Surakarta terpecah. Ini terjadi, karena artikel Marto Dharsono’dalam Djawi Hiswara, yang dituduh melecehkan Islam. Walaupun Tjokro Aminoto telah melakukan pembelaan terhadap Islam, melalui counter atas tulisan itu, namun kaum muda Surakarta tetap bangkit. Akhirnya Tjokroaminoto membentuk TKNM (Tentara Kanjeng Nabi Muhammad) pada awal 1918, yang mencuatkan nama Haji Misbach sebagai mubalighnya. Mengiringi terbentuknya TKNM, lahirlah perkumpulan tabligh reformis pimpinan Misbach, SATV (Sidiq, Amanah, Tabligh, Vatonah).
Pada tanggal 20 April 1919, Misbach menggambar kartun di Islam Bergerak yang isinya menyinggung kapitalis Belanda dan Pakubuwono X, yang menghisap para petani dan mempekerja - paksakan mereka. Akibatnya ia ditangkap pada tanggal 7 Mei 1919. Namun, ia dibebaskan pada 22 Oktober 1919. Misbach merupakan tokoh pergerakan Insulinde yang didirikan pada 16 Februari 1919 di kelurahan Nglungge. Misbach selalu mengutip ayat-ayat al-Qur’an sebagai basis propagandanya selama berada di insulinde. Hal ini menjadi ciri khas Misbach, sehingga ia tidak hanya dikenal sebagai aktivis pergerakan namun juga seorang mubaligh. Insulinde afdeling sepanjang pergerakan tahun 1918-1920 berhasil memobilisir petani, meskipun memicu radikalisme petani yang ternyata diluar kendali sehingga insulinde mendapat tekanan dari pemerintah. Meskipun demikian, insulinde menjadi pergerakan perkumpulan bumi putera terbesar meskipun pimpinan pusat tetap dipegang oleh orang indo.
Selama perjuangannya atas mobilisasi petani yang dilakukan oleh insulinde, Misbach dipenjara di Pekalongan yang kemudian dibebaskan pada 22 Agustus 1922. Koesen dalam Islam Bergerak menuliskan bahwasanya Misbach dan rekan-rekannya dipenjara bukan karena merampok, mencuri, menodong atau membunuh, tetapi justru karena mereka melawan pihak yang bertindak sewenang-wenang. Hal ini ditulis Koesen sebagai pembelaan terhadap apa yang telah diperjuangkan oleh Misbach dan rekan-rekannya. Pada tahun 1922 itu pula Misbach keluar dari Muhammadiyah, karena melihat Muhammadiyah dan SI yang mandul dan bersikap kooperatif dengan pemerintah (Hindia Belanda). Penjara tidak kemudian membuat Misbach jera untuk memperjuangkan nasib rakyat, pada bulan Mei 1923 ia muncul sebagai propagandis SI Merah / (lebih condong berhaluan sosialis) dan berbicara tentang pertalian yang mendasar antara Islam dan Sosialis.
Pada tanggal 20 Oktober 1923, Misbach kembali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan terlibat dalam aksi-aksi revolusioner yaitu pembakaran bangsal, penggulingan kereta api, pemboman dan lain-lain. Meski kemudian Misbach tidak terbukti terlibat dalam aksi-aksi tersebut, tetapi pemerintah Belanda tetap memutuskan Misbach untuk dibuang. Dalam pembuangan itulah istrinya meninggal karena penyakit Malaria. Dan Misbach meninggal pada 24 Mei 1926 di usia 47 tahun. Tjipto Mangunkusumo dalam surat kabar Panggoegah, 12 Mei 1919 melukiskan keberanian Misbach dalam melawan kolonialisme Belanda sebagai “seorang ksatria sejati” yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk pergerakan.

Sketsa dan Pokok Pemikiran
1. Sketsa Perjalanan Pemikiran Misbach

a. Misbach kecil hingga dewasa: Pertemuan dengan Gerakan (1879-1914: 35 tahun)
Sebagaimana telah dipaparkan diatas, Misbach disekolahkan oleh orang tunya di pesantren. Hal ini menempatkannya memiliki kemampuan bahasa Arab. Dibanding tokoh-tokoh pergerakan sezamannya, Misbach tidak memiliki kemampuan lebih dalam bahasa Belanda. Basis pesantren serta lingkungan kraton Surakarta inilah yang kemudian mempengaruhi sosok Misbach nantinya menjadi seorang Mubaligh. Meski orang tuanya menjabat sebagai pejabat keagamaan kraton, hal tersebut tidak membuat Misbach jauh dari persoalan-persoalan yang dihadapi oleh rakyat.
Meskipun tidak terdapat bukti literatur yang memperkuat keterlibatan Misbach dalam Serikat Dagang Islam dan Serikat Islam; namun terdapat akar persentuhan historis yang kuat mengingat pada tahun tahun 1991 dibentuk cabang SDI Bogor di Surakarta, sebagai reaksi terhadap menguatnya perdagangan Tionghoa. Sebagai pengusaha batik, tentunya besar kemungkinan Misbach telah bersentuhan dengan wacana mengenai perselisihan serta garis perjuangan keberadaan Rekso Reomekso, SDI dan SI. Serta tidak terlepas dari kondisi sosial politik yang mengalami kemajuan intensitas perlawanan terhadap penjajah Belanda melalui bentuk strategi baru seperti terbitan-terbitan, rapat akbar, aksi/ demonstrasi dan juga organissi sebagai alat perlawanan.
Maka dalam masa perkenalannya dengan dunia aktivis pergerakan ini, mendorong Misbach untuk kemudian melibatkan diri secara penuh dengan bergabung dalam Indiansche Journalisten Bond (IJB) pada tahun 1914. Meskipun demikian, Misbach tetap tidak meninggalkan corak pemikirannya akan Islam yang banyak dipengaruhi oleh
sikapnya yang mudah bergaul dan diterima oleh lapisan masyarakat yang berbeda.

b. Gerakan Perjuangan Islam (1914-1919: 35-40)
Selama rentang 1914-1919 atau 5 tahun periode kedua perjalanannya sebagai aktivis gerakan, tercatat bahwa Misbach pernah bergabung dalam Indiansche Journalisten Bond (1914), mendirikan Medan Moeslimin (1915) dan Islam Bergerak (1917), bergabung dalam Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (1918), pemimpin redaksi Medan Moeslimin menggantikan ketua TKNM pada saat itu yaitu Hisamzaijnie sekaligus membentuk Sidiq Amanah Tabligh Vatonah (SATV) pada 10 Juli 1918.
Pada masa ini, Misbach banyak bergelut dalam perjuangan anti-Kristen. Ia berpandangan bahwasanya pemerintah (Hindia Belanda) berupaya untuk netral dalam hal agama, tetapi melindungi kapitalis belanda; sedangkan kapitalis belanda membantu misionaris Kristen. Dalam upaya misionaris Kristen tersebut, Misbach melihat bahwasanya terdapat banyak kecurangan serta upaya menjelekkan Islam oleh Kristen. Namun dilain sisi, Misbach juga mengkritik umat muslim kaya yang tidak membantu rakyat miskin dengan hartanya. Tidak pula membantu perjuangan yang dilakukan oleh rakyat baik secara organisatoris ataupun dalam upaya membendung kristenisasi.
Kritikan Misbach terhadap muslim tersebut sangat kental dalam kritikannya terhadap kebijakan Tjokroaminoto yang menetapkan disiplin partai, bahwa anggota SI tidak boleh terlibat dalam organisasi lain. Kemunculan disiplin partai terkait adanya tarik menarik pengaruh antara Tjokroaminoto dengan Semaoen pada Konggres SI ketiga pada 29 Oktober 1918. Sehingga dikalangan SI, bermunculan berbagai tafsiran atas hubungan antara Islam dan Sosialis. Misbach menyadari bahwasanya terdapat kaitan erat antara keberadaan misionaris kristen dengan pemerintah (Hindia Belanda) dan kapitalis belanda. Sehingga perjuangan hak-hak rakyat, tidak dapat dilepaskan dari perjuangan Islam sebagai agama yang menolak adanya penindasan. Akhirnya pada tanggal 20 April 1919, Misbach menggambar kartun di Islam Bergerak yang isinya menyinggung kapitalis Belanda dan Pakubuwono X, yang menghisap (darah) para petani dan mempekerja-paksakan mereka. Akibatnya ia ditangkap dan dipenjara untuk pertama kali pada tanggal 7 Mei 1919.

c. Perjuangan dan Gerakan Islam Revolusioner (1919-1926: 40-47)
Misbach aktif dalam gerakan-gerakan mobilisir rakyat, terutama petani dan buruh. Keterlibatannya memberikan nuansa tersendiri, karena ia dikenal sebagai orang yang tetap teguh menyampaikan dalil-dalil al-Qur’an dalam ranah perjuangannya. Misbach lebih memilih organisasi tempat dimana ia berjuang, berdasar pada pola gerakanya. Itulah sebabnya ia tidak lagi aktif di Muhammadiyah serta SI yang dipandangnya terlalu kooperatif dan lunak terhadap pemerintah (Hindia Belanda), dan memilih untuk bergabung dengan PKI yang lebih revolusioner dalam memperjuangkan hak rakyat. Meski pada awalnya, terdapat pula pertentangan mengenai Muhammadiyah sebagai Islam Kapitalis dan SI sebagai Islam sama rata sama rasa. Dan saat Misbach dipenjara, pada Maret-Juli 1922 terdapat pertikaian antara Islam Bergerak dan Muhammadiyah.
Misbach dibebaskan dari penjara di Pekalongan pada 22 Agustus 1922, setelah dipenjara selama dua tahun tiga bulan. Misbach memberikan uraian mengenai relevansi Islam dan komunisme dengan menunjukkan ayat-ayat al-Qur’an serta mengkritik pimpinan SI Putih yang munafik dan menjadikan Islam sebagai selimut untuk memperkaya diri sendiri. Pada tahun 1923 pula Misbach menulis kritikannya terhadap Tjokroaminoto di Medan Moeslimin dengan judul “Semprong Wasiat: Disiplin Organsisi Tjokroaminoto Menjadi Racun Pergerakan Rakyat Hindia”.
Misbach muncul sebagai pimpinan PKI di Surakarta, yang kemudian merubah Islam Bergerak menjadi Rakjat Bergerak dan penyatuan secara de fakto organ PKI Yogyakarta berbahasa Melayu, Doenia Baroe, ke dalam Rakjat Bergerak pada September 1923. Pada tanggal 20 Oktober 1923, Misbach kembali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan terlibat dalam aksi-aksi revolusioner yaitu pembakaran bangsal, penggulingan kereta api, pemboman dan lain-lain. Dan meninggal pada 24 Mei 1926 selama di pengasingan.

2. Pokok Pemikiran Misbach

a. Islam sebagai Petunjuk dan Keselamatan (Rahmatan Lil Alamin)
Misbach mendefinisikan agama sebagai petunjuk Tuhan yang bersifat kuasa (Universal) untuk seluruh umat manusia. Islam berarti keselamatan dan menjadi agama Islam merupakan penunjuk jalan yang menuntut keselamatan (Misbach, 1924:35). Bahkan lebih jauh lagi, seorang muslim tidak mungkin hidup terbelah antara aqidah, hati nurani dan imannya dalam satu segi, dengan kehidupan dalam praktek sosialnya disegi lainnya. Dan untuk mencapai penyebaran Islam tersebut, Misbach tidak ragu-ragu untuk mengajak orang-orang mukmin melakukan perang. Sesuai dengan nama jurnalnya Islam Bergerak, Misbach berpandangan bahwa diperlukan bersatunya kata dengan perbuatan. Bahkan Misbach mengidentikkan perjuangan muslim progresif sebagai Islam Sejati. Karena didalam Islam terdapat anjuran untuk menegakkan keadilan, kebenaran, kemanusiaan dan sebagainya yang harus diterapkan melalui politik dan sosial. Misbach memperjuangkan semangat religius untuk membebaskan rakyat dari ketertindasan.
Perbedaan dalam agama menurut Misbach hanya dalam namanya saja, karena setiap agama diturunkan melalui rasul yang berbeda-beda. Seperti Nabi Adam, agamanya disebut agama Adam (Misbach, 1925: 34-35).

b. Sosialisme sebagai Gerakan
Sosialisme menurut Misbach merupakan gerakan mewujudkan masyarakat tanpa kelas, masyarakat “sama rata sama rasa”. Menurut Misbach, yang dia kutip dari Marx, kemiskinan itu disebabkan adanya penghisapan dari kapitalisme. Mesin penggerak kapitalisme, atau spirit kapitalisme, adalah ketamakan. Tetapi, pengisapan dan penggerak kapitalisme adalah uang. Bahkan dalam menyerang Tjokroaminoto dan SI Putih umumnya, Misbach menyebutkan bahwa uang telah membutakan mereka untuk berjuang sebagai muslim sejati. Apa yang Misbach pelajari dari Sosialisme, terutama tulisan Semaoen, tidak sekedar memahami bahwa pelaku kejahatan adalah kapitalisme. Ia juga mendapatkan bagaimana dan mengapa kapitalisme secara bersama-sama menghancurkan manusia baik fisik maupun mental

Daftar Pustaka

Hidayat, Husni. 2005. Haji Misbach; “Kyai Merah” dari Surakarta. Edisi XXIII: http://afkar.numesir.org.
Shiraishi, Takashi. 1997. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa, 1912-1926. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Hiqmah, Nor. 2000. H. M. Misbach: Sosok dan Kontroversi Pemikirannya. Yogyakarta: Litera.
Tauhid, Abdi. 2000. Islam, Sesungguhnya Kiri. Dari: apakabar@saltmine.radix.net
Rio, Adde. 2006. Adakah Perbedaan Akaran Komunis dan Islam?. Dari: indo-marxist@yahoogroups.com.
Soerojo, Soegiarso. 1988. Siapa Menabur Angin akan Menuai Badai.. Jakarta: Intermasa.

Endnote
1 Penulis adalah Ketua IMM Kom. Muh. Abduh. Disampaikan dalam diskusi pada Ahad, 7 Januari 2007 pukul 14.00 WIB, menyambut kelahiran ‘putra’ IMM Sukoharjo yaitu IMM Kom. H. M. Misbach.
2 Nor Hiqmah. 2000. H. M. Misbach: Sosok dan Kontroversi Pemikirannya. Yogyakarta: Litera, hlm. 1.
3 Nor Hiqmah, Ibid., hlm. 1 dan Takashi Shiraishi. 1997. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa, 1912-1926. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti hlm. 173.
4 Husni Hidayat. 2005. H. M. Misbach: “Kyai Merah” dari Surakarta. http://afkar.numesir.org
5 Nor Hiqmah, Op.Cit., hlm. 2. Husni Hidayat mengemukakan bahwa Misbach telah aktif dalam organisasi pada tahun 1912 ketika SI berdiri, kemudian aktif dalam JIB yang dibentuk oleh SI pada 1914.
6 Takashi Shiraishi, Op.Cit., hlm. 175.
7 Husni Hidayat, Op.Cit.
8 Ibid.
9 Zohroh, 1997:29-30 dalam Nor Hiqmah, Op.Cit., hlm. 4.
10 Takashi Shiraishi, Op.Cit., hlm. 186-187.
11 Koesen, 20 Juni 1919. Sebabnja ditahan pendjara. Surakarta: Islam Bergerak dalam Takashi Shiraishi, Op.Cit., hlm. 226.
12 ISDV (Indische Sociaal Demokratische Vereeniging) merupakan suatu organisasi Marxist pertama di Asia Tenggara yang didirikan Mei 1914 di Semarang, yang kemudian pada 23 Mei 1920 mengubah nama menjadi PKI (Perserikatan Komunis India) di bawah pimpinan Semaun. Pada saat itu, Semaun juga merangkap sebagai ketua SI cabang Semarang. Lebih lanjut baca Soegiarso Soerojo, 1988, Siapa Menabur Angin akan Menuai Badai, Jakarta: Intermasa, hlm. 33-35. Menurut Takashi, Op.Cit., hlm. 115, ISDV didirikan oleh Henk Sneevlit pada Mei 1915.
13 Nor Hiqmah, Op.Cit., hlm. 4.
14 Ibid., hlm. 5. dan Takashi Shiraishi, Op.Cit., hlm. 384
15 Takashi Shiraishi, Op.Cit., hlm. 56-57. Terdapat kerancuan penanggalan dalam beberapa literature baik dalam tulisan Takashi maupun Nor Hiqmah, mengenai keberadaan dan latar belakang hadirnya SDI dan SI di Surakarta. Takashi menyebutkan bahwa SDI di surakarta merupakan cabang dari SDI Bogor, yang sebenarnya dalih dari Rekso Roemekso kepada pemerintah yang didirikan oleh Haji Saman Hudi awal 1912, ketika terdapat perkelahian antara orang-orang Jawa dari Roemekso dengan Tionghoa pada akhir bulan 1911 dan awal 1912.
16 Nor Hiqmah, Op.Cit., hlm. 11.
17 Takashi, Op.Cit., hlm. 184.
18 Ibid.
19 Nor Hiqmah, Ibid., hlm. 17-18.
20 Ibid., hlm. 22-23.
21 Takashi, Op.Cit., hlm. 343.
22 Ibid., hlm. 374.
23 Nor Hiqmah, Op.Cit., hlm. 27.
24 Ibid. hlm. 29.
25 Abdi Tauhid, 2000, Islam, Sesungguhnya Kiri, didapatkan dari: apakabar@saltmine.radix.net
26 Nor Hiqmah, Op.Cit., hlm. 50.
27 Nor Hiqmah, Op.Cit., hlm. 25..
28 Takashi Shiraishi, Op.Cit., hlm. 365.

taken from : qahar.wordpress.com