5.22.2009

Persebaya bermain dengan hati


Pada hari rabu malam (20 Mei 2009) pertandingan 8 besar divisi utama di gelar di stadion segiri samarinda. Pada pertandingan kedua yang berlangsung pada pukul 19.00 wite menampilkan kesebelasan PERSEBAYA Surabaya dan Mitra Kukar. Secara historis sebenarnya dua tim ini mempunyai hubungan yang dekat. Mitra Kukar dulunya sempat bernama Niac Mitra Surabaya. Pada era kompetisi Galatama Niac Mitra merupakan salah satu kesebelasan yang cukup disegani. Namun ketika era kompetesi liga Indonesia yang menggabungkan antara kesebelasan yang berasal dari Divisi Utama dan Galatama, pamor Niac Mitra menjadi surut karena suporter Surabaya lebih menjatuhkan hati kepada Persebaya Surabaya. Hal ini dikarenakan Persebaya Surabaya merupakan tim yang sangat besar dengan raihan sejumlah prestasi yang membanggakan dengan ciri khas permainan yang cantik dan militan. Persebaya seakan menjadi sebuah legenda sepakbola dari Surabaya bahkan Nasional. Kembali pada cerita pertandingan 8 besar divisi utama, Pertemuan antara Mitra Kukar dan Persebaya diharapkan menjadi menarik karena kedua tim memiliki niatan yang besar untuk menang. Aroma persaingan yang ketat juga terasa hingga ke kursi penonton serta para suporternya. Pada situasi ini, saya memposisikan sebagai Bonek mengingat saya begitu bangga dengan Persebaya dan akan selalu menjadi pendukung setianya.

Begitu peluit tanda pertandingan dimulai pertarungan sengit langsung disajikan oleh kedua tim. Namun saya menjadi sangat kecewa, karena Mitra mulai menggunakan segala cara untuk mengalahkan lawannya. Dimulai dengan permainan keras dan selalu menjurus kasar. Saya mencatat banyak sekali aksi-aksi tidak sportif yang dilakukan pemain Mitra kepada pasukan Green Force. Seakan tidak mau terpancing untuk meladeni permainan kotor Mitra, Persebaya tetap menyuguhkan permainan yang sportif dan mulai memperagakan ciri khasnya dengan ball posession serta umpan-umpan pendek yang menarik. Merasa strategi culas pertama gagal, pemain Mitra mulai melancarkan strategi keduanya dengan memprovokasi wasit serta pemain-pemain Surabaya. Purwanto pemain Persebaya yang baru saja masuk menggantikan Murrod Farid langsung diprovokasi oleh kapten tim Mitra. Alhasil permainnya menjadi kurang berkembang. Bahkan tidak hanya pemain yang memberikan tekanan dan provokasi, para penonton di pinggir lapangan juga mulai tidak menunjukkan kedewasaan mereka dengan turut memprovokasi pemain. Mungkin mereka (penonton) merasa hebat karena di kandang (rumah) sendiri, atau mungkin begitu takutnya mereka dengan nama besar Persebaya yang melegenda sehingga merasa jika ingin mengalahkan Persebaya tidak cukup dengan cara yang wajar dan harus digunakan juga cara-cara kotor. Saya mencatat para penonton di tribun VIP sempat melakukan pelemparan kepada official tim Persebaya ketika hendak memasuki ruang ganti pada interval istirahat pertengahan babak. Entah apa yang ada dibenak para penonton tersebut karena pada awalnya sebenarnya justru pemain Mitra yang bergerombol mendatangi wasit untuk melakukan protes secara berlebihan. Pada babak kedua ulah pemain Mitra semakin menjadi-jadi, pelanggaran-pelanggaran keras dan kasar semakin kerap mereka lakukan pada pemain Persebaya. Dan puncaknya adalah tiga pemain Mitra yang menerjang Kiper Endra Prasetya dan Anderson Da Silva pada saat terjadi perebutan bola di udara ketika terjadi tendangan penjuru. Hal ini membuat kiper utama Persebaya itu harus digotong keluar gelanggang dan digantikan oleh kiper kedua Eki Sabilillah. Hebatnya lagi setelah kejadian tersebut tidak satupun pemain Mitra yang mendatangi kiper utama Persebaya tersebut untuk meminta maaf atau setidaknya menunjukkan sikap sportif, dan seakan kompak wasit pun tidak melayangkan kartu kuning ataupun peringatan untuk pemain Mitra. Dan selanjutnya giliran kiper Mitra yang melakukan pemukulan kepada striker Persebaya Jairon Feliciano pada saat terjadi pergumulan di kotak 16 Mitra. Kejadian itu tampak jelas saya saksikan dari tribun penonton sebelah timur. Lagi-lagi wasit hanya memberikan peringatan dan hukuman kartu kuning, padahal untuk tindakan pemukulan tersebut sangat tidak bisa ditolerir dan wajib kartu merah. Dan niat buruk Mitra akhirnya mencapai hasil ketika mereka berhasil menciptakan gol melalu tendangan bebas pada menit ke 87 dan melakukan selebrasi yang cukup lama hingga akhirnya sisa pertandingan hanya tinggal hitungan detik saja. Persebaya kalah dalam pertandingan namun Persebaya memenangkan peperangan di lapangan selama 90 menit tersebut. Ya Persebaya memang memenangkan perang karena :
1. Persebaya tidak terprovokasi dan tetap menampilkan permainan yang sportif.
2. Persebaya menampilkan permainan yang penuh semangat dan pantang menyerah.
3. Meskipun telah disakiti selama pertandingan namun tidak ada protes yang dilakukan kepada wasit.

Ya bagi kami para bonek, Persebaya telah menjadi pemenang karena memberikan permainan yang baik dan penuh semangat meskipun kami tau masalah non teknis yang tengah dihadapi tim Persebaya sangat besar. Mulai dari rasionalisasi yang mengakibatkan melemahnya kekuatan tim selama putaran kedua berlangsung, hingga isu pembayaran gaji pemain yang sering bermasalah. Dan isu terakhir mengabarkan bahwa keberangkatan pemain Persebaya ke samarinda masih di bawah bayang-bayang keterlambatan pembayaran gaji. Namun pemain-pemain Persebaya tetap tampil penuh semangat dan menunjukkan loyalitas serta militansi yang luar biasa. Persebaya bermain dengan hati. Kami para Bonekmania bangga pada performa pemain-pemain Persebaya. Persebaya telah memenangkan hati kami selaku para pendukungnya untuk tetap setia bersama Persebaya dan akan selalu mendukungmu. Untuk Persebaya ku ... tetaplah semangat dan untukmu LOYALITAS TANPA BATAS dari kami para Bonek Mania.

Disampaikan setelah menyaksikan pertandingan 8 besar divisi utama dari stadion segiri samarinda.