3.05.2009

PERANG IKLAN PARPOL !


Kalo kita menyaksikan tayangan televisi lokal akhir - akhir ini, mata kita akan diberi suguhan baru yang turut memenuhi layar kaca kita. Suguhan baru itu adalah iklan dari partai politik, yang terkadang cukup menggugah kesadaran kita bahkan kadang menimbulkan kontroversi. Cukup asyik memandang perang iklan partai politik di televisi tersebut. Seakan masing - masing mengeluarkan jurus andalannya, antara lain : saling hujat, saling kritik, saling klaim, dan yang tidak kalah menarik adalah mereka saling ngibul dengan meniupkan angin surga namun kenyataannya,....(sebagian besar omong kosong)

Di sini yang coba saya ulas adalah mengenai swasembada beras.
1. Ada partai yang mengaku sebagai arsitek dari keberhasilan swasembada beras. Aneh kan, ada orang yang berani mengaku sebagai aktor utama atas prestasi tersebut. (Narsis betul) Bukankah takabur dan cepat berpuas diri itu sangat jauh dari norma - norma agama (Islam). Kebetulan iklan itu dikeluarkan partai yang mengusung basis Islam. Bukankah ada juga pepatah " Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tetapi tanyalah apa yang telah kau perbuat untuk bangsa dan negara mu "
Wiiiii,....ni pasti fungsionaris partai ini pada narsis semua.
2. Ada pula partai yang mengklaim bahwa swasembada beras merupakan prestasi besar yang baru bisa di raih ketika kadernya menjadi pemimpin eksekutif negeri ini. Tanpa memandang kerja sama yang dibangun oleh kebinet koalisi yang dibentuknya. Aneh,..ada juga orang yang ngerasa paling pinter dan sangat egois, sehingga merasa begitu superior bisa menentukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Loh ngomong - ngomong brarti selama ini yang kerja cuma dia aja donk. Trus puluhan orang di kabinet itu ngapain aja, cuma dianggap kambing congek kalee. Dan ini yang lucu neh,...setelah didengerin narasinya, ternyata menurut asumsi partai tersebut adalah : Swasembada beras itu karena produksi beras nasional lebih tinggi dari pada konsumsi beras nasional. Ya iyalah....kan rakyatnya banyak yang kena busung lapar,...makan nasi aking, trus gizi buruk. Lah ini kah yang dianggap berhasil dan perlu dilanjutkan,...wow mengerikan !!!!
Seharusnya swasembada itu tidak perlu diartikan begitu sempit dan hanya terbatas pada angka statistik yang menunjukkan selisih produksi dan konsumsi. Tapi juga harus diperhatikan tingkat kesejahteraan masyarakatnya dan kemakmuran rakyat. Bukankah itu amanat dari UUD '45. Kalo cuma asumsi sempit macam itu saya juga bisa jadi presiden, lalu membuat program puasa senin - kemis secara nasional, pasti tidak hanya swasembada yang kita raih tapi juga kita bisa eksportir beras. Karena rakyat tidak perlu mengkonsumsi beras terlalu banyak. Hehehehehe......betul Toooo !!!!!

Wahai teman - teman sebangsa dan setanah air,...
Sudah saatnya kini anda sekalian membuka pikiran dan melihat kenyataan,...
Jangan mau dibohongi oleh retorika politik para politikus kapitalis !
Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang berjiwa kerakyatan dan seorang negarawan sejati yang tidak narsis dan mudah berpuas diri.

Bangun,...Saudara
Saatnya kita berjuang menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera dalam Negara yang Berdaulat.