3.17.2009

Masa Kampanye terbuka telah tiba


Masa kampanye terbuka telah dimulai. Rupanya kita mesti bersiap-siap dengan segala hiruk pikuknya. Jalanan yang macet karena pawai masa simpatisan parpol sampai dengan bisingnya udara dengan pengeras suara. Para juru kampanye akan berlomba-lomba untuk memamerkan moncongnya dan mengeraskan corongnya. Telinga ini akan penuh sesak dengan pekik janji-janji. Bayangkan saja, jumlah parpol peserta PEMILU 2009 yang puluhan, dengan jumlah caleg yang bejibun. Aduh... kertas suaranya aja lebih lebar dari koran. Belum lagi sistem baru (contreng), banyak yang belum terbiasa dan sosialisasi yang minim pula. Rupanya demokrasi di negeri ini terasa begitu rumit dan mahal.

Manuver politik yang dilakukan oleh para elit pun semakin gencar. Lobi-lobi atau mungkin kesepakatan untuk bagi-bagi kekuasaan dilakukan. Efek positif yang dapat kita lihat dan ternyata hal itu dipertontonkan oleh para elit adalah dimana Parpol dan elitnya yang selama ini mungkin saling hujat dan saling kritik rupanya berbondong-bondong untuk membuat kesepakatan dan beramah tamah. Memang benar kata pepatah "Dalam politik tidak ada musuh yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi"
Banyak pihak yang berharap agar pemilu tahun ini berjalan damai dan tidak memakan korban jiwa. Di Jawa Timur, permulaan kampanye ditandai dengan acara tumpengan dan doa bersama oleh 38 parpol peserta pemilu yang ada di Jatim. Tumpengan dan doa bersama ini berlangsung di Tugu Pahlawan, Surabaya, dan dikoordinasi oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) Jatim. Akan tetapi di Padang tepatnya di Solok seorang calon anggota legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN), Murkaini Datuk Rajo Nan Kayo, 63, di laporkan meninggal dunia usai mengikuti pawai dan deklarasi kampanye pemilu damai di Lapangan Merdeka, Kota Solok, Senin (16/3/2009). Menurut anggota KPU Kota Solok, Triati, Selasa (17/3/2009), Murkaini meningal di Rumah Sakit Umum Solok. Ia kemungkinan terkena serangan jantung karena punya latar belakang penyakit jantung. Waduh hari pertama sudah makan korban jiwa, rupanya harapan agar pemilu tidak memakan korban sudah tidak lagi terwujud. Tetapi setidaknya kematian caleg tersebut tidak disebabkan oleh gesekan horisontal di level grass root. Kita mesti terus berharap dan upaya agar tidak terjadi chaos yang terjadi karena kampanye pemilu kali ini. Himbauan kepada para Parpol agar mulai menggunakan model kampanye yang komunikatif dan cerdas dan bukan kampanye yang bersifat pengerahan masa dan destruktif.