12.01.2008

Analisis Startegi BCA bersaing dalam krisis Global

PENDAHULUAN

Tahun 2008 dimulai dengan sebuah isu yang kurang menyenangkan bagi dunia perekonomian global, secara garis besar dunia mengalami resesi. Di awali dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia sebagai dampak dari krisis subprime mortage di Amerika. Krisis ini telah melimbungkan kinerja serta menguras keuntungan pada beberapa raksasa investment bank dunia, seperti Citigroup merugi US$ 18 miliar, UBS merugi US$ 13,5 miliar, dan juga beberapa Investment bank lainnya.
Krisis lain terjadi di Inggris, dimana Bank of England yang bertindak sebagai “ the lender of last resort “ terpaksa menyuntikkan dana 700 juta Pounds atau sekitar Rp. 12,6 triliun untuk meredam aksi rush yang mendera Northern Rock sebagai dampak negatif dari krisis subprime mortage di Amerika. Bagaimanapun juga secara empirik kestabilan ekonomi satu kawasan dan atau Negara sangat dipengaruhi oleh perekonomian dunia, akibatnya baik secara langsung maupun tidak krisis keuangan dibelahan dunia yang lain akan serta merta mempengaruhi perekonomian dunia di kawasan atau Negara lain, terutama pada emerging market, seperti Indonesia.

Di negeri ini aset lembaga keuangan terutama berasal dari Portofolio Perbankan, Pasar Modal, Industri Asuransi dan lainnya. Khusus untuk aset perbankan nasional, telah mengalami kenaikan sebesar 17,3 % dari sebelumnya Rp. 1.693,14 triliun pada desember 2006 menjadi Rp. 1.986,5 triliun. Pangsa aset perbankan nasional dikuasai oleh 10 bank pemilik aset terbesar dari 130 bank yang ada ( BI-SPI, Desember 2007 ).
Dengan dominasi kepemilikan asset yang mengerucut pada 10 bank , maka akan membawa konsekuensi pada kondisi stabilitas keuangan yang bergantung pada perilaku dari 10 bank asset tersebut. Perilaku mereka dapat menjadi penentu akan kemungkinan terjadinya resiko sistemik pada sistem perbankan Indonesia. Dapat dicermati, pertarungan antar raksasa bank di Indonesia akan sengit dan seru, terutama menjelang diberlakukannya single precence policy ( SPP ) pada akhir 2010. Dari kepemilikan raksasa bank, maka secara individual bank yang akan muncul sebagai pembentuk karakter perbankan nasional adalah Bank mandiri, BRI, BNI 46, Danamon, dan BCA. Kelima bank ini akan memainkan peran yang besar dalam percaturan perbankan nasional. Masing-masing bank mengusung karakter sendiri yang pada satu sisi memiliki keunggulan tehadap lainnya, dan pada saat yang sama memiliki persamaan dan kelemahan yang akan membentuk ketahanan industri perbankan.

PEMBAHASAN

Latar Belakang Perusahaan
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Keberadaanya selama kurang lebih 51 tahun melayani masyarakat menjadikan Perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan finansial tertua saat ini dan tetap solid dalam komitmennya melayani kebutuhan perbankan di nusantara. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi di tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA di tahun 1998.
Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia di tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan public. Penawaran Saham Perdana berlangsung di tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham ke dua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial. Kinerja Bank Central Asia pada tahun 2007 menunjukkan usaha yang memuaskan, hal ini ditandai dengan pertumbuhan total aktiva 23,3% sebesar Rp 218 triliun dibandingkan dengan total aktiva sebelumnya sebesar Rp176,8 triliun. Pertumbuhan tersebut disebabkan peningkatan portofolio kredit dan rekening transaksional dana pihak ketiga. Total portofolio meningkat sebesar 34,1% menjadi Rp82,4 triliun pada tahun 2007. Secara presentase kredit konsumer mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 67,6% menjadi Rp14,2 triliun terutama didorong oleh pertumbuhan kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB), selain kredit konsumer kredit korporasi juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 36,9% menjadi Rp32,8 triliun yang dipicu aktivitas di sektor telekomuniksi, minyak dan gas, perkebunan dan pertanian. Dana pihak ketiga tumbuh sebesar 23,9% menjadi Rp189,2 triliun. Hal ini dipicu peningkatan dana dari produk tabungan dan giro. Pada akhir tahun 2007, saldo rekening transaksional (tabungan dan giro) terhadap dana pihak ketiga meningkat menjadi 73,3%.
Kinerja Bank Central Asia (BCA) yang baik pada tahun 2007 membuat laba BCA meningkat 5,8 % yakni sebesar Rp4,5 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp4,2 triliun. Selain kinerja yang baik, peningkatan ini juga disebabkan stabilnya pendapatan bunga (interest income) bersih dan produk jasa layanan ( fee based income) dari BCA.

Visi
Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia.
Misi
• Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.
• Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan financial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah.
• Meningkatkan nilai franchais dan nilai stakeholder BCA

Strategi Persaingan BCA
Dalam mengelola bank, BCA bertumpu pada tiga prioritas yaitu mempertahankan keunggulan sebagai bank transaksional pilihan nasabah, meyalurkan kredit yang didukung oleh manajemen resiko yang efektif , serta menerapkan tata kelola pada setiap aspek bisnis. Dalam menghadapi tantangan perubahan ekonomi yang bersifat struktural maupun pergerakan suku bunga, pihak manajemen berupaya untuk tetap konsisten dalam mengelola BCA. Hal tersebut dimaksudkan dengan tujuan mengoptimalkan posisi likuiditas untuk meningkatkan profitabilitas, dan investasi pada franchise BCA guna mengembangkan sumber pendanaan yang menguntungkan.
BCA tidak saja menjadi bank yang semakin dekat dengan para nasabahnya, lebih dari itu BCA menyediakan koneksi dan kenyamanan untuk bertransaksi, baik untuk keperluan bisnis maupun pribadi, dimanapun mereka berada, dan kapanpun harus melakukannya. Fokus utama dari strategi BCA adalah :
1. Memfokuskan diri pada transaksi pembayaran dan penyelesaian melalui investasi di jaringan yang kokoh sekaligus meningkatkan basis dana pihak ketiga BCA.
2. Meningkatkan aktiva produktif melalui penyaluran kredit yang menguntungkan disertai pengelolaan resiko yang efektif.
3. Menerapkan tata kelola dan prinsip kehati-hatian di setiap aspek bisnis.
Meskipun tampaknya sangat sederhana, strategi ini ternyata sangat efektif di masa-masa di mana industri perbankan harus beradaptasi dengan perubahan - perubahan struktural yang mengikuti siklusnya. Strategi ini tetap relevan ketika bank dituntut menyesuaikan diri pada berbagai perubahan regulasi. Disamping itu, BCA telah mendefinisikan dan mempublikasikan standar nilai dan etika yang tertuang dalam kode etik banker BCA yang meliputi :
1. Kepatuhan, ketaatan pada undang – undang dan peraturan yang berlaku, serta sistem dan prosedur yang telah ditetapkan bank.
2. Integritas, tidak menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya untuk kepentingan pribadi maupun keluarga, menjaga nama baik, keamanan harta kekayaan bank, kerahasiaan data nasabah dan data bank. Menjaga perilaku agar kepentingan pribadi tidak bertentangan dengan kepentingan bank ataupun nasabah.
3. Etika, tidak melakukan perbuatan tercela.
4. Keharmonisan lingkungan kerja, menjaga dan membina keharmonisan lingkungan kerja dan persaingan yang sehat.
5. Kompetensi, senantiasa meningkatkan pengetahuan dan wawasan dengan mengikuti perkembangan industri perbankan khususnya dan dunia usaha pada umumnya.
Investasi BCA pada jaringan telah memungkinkan skala operasi dan layanan yang mampu mempertahankan simpanan dan pinjaman yang sehat. Dalam mengelola perubahan, termasuk perubahan tingkat suku bunga dan nilai tukar. BCA secara konsisten, pertama, memanfaatkan posisi likuiditas yang kuat untuk meningkatkan profitabilitas ; kedua, secara berkesinambungan melakukan investasi infrastruktur untuk mempertahankan franchise value sehingga dalam situasi suku bunga yang bergejolak sekalipun bank dapat mempertahankan performanya. BCA mengembangkan pendekatan total customer relationship untuk kenyamanan nasabah bisnis dan perseorangan. Keunggulan jaringan yang dimiliki BCA memberikan lebih banyak waktu bagi staff BCA untuk lebih proaktif dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan nasabah. Dengan pendekatan total customer relationship, BCA membantu memenuhi kebutuhan nasabah baik selaku pribadi maupun pelaku usaha.
Ditengah kecenderungan penurunan suku bunga, banyak kalangan berpendapat bahwa hal tersebut dapat memberikan tekanan terhadap marjin BCA. Namun demikian, BCA dapat mengatasinya dengan mengandalkan keunggulan – keunggulan strategis yang dimilikinya, yaitu : struktur dana pihak ketiga yang didominasi oleh produk giro dan tabungan, luasnya jangkauan operasi akan mempermudah BCA untuk meningkatkan volume transaksi keuangan dan melakukan ekspansi kredit. Selain itu, inflasi satu digit akan mendukung BCA dalam melakukan efisiensi pengelolaan biaya.

Analisis SWOT
• Kekuatan :
1. Tim manajemen yang sangat profesional yang selalu mengikuti kebijakan dan regulasi perbankan nasional dan internasional ;
2. Sumber daya manusia (SDM) yang terlatih baik dan berorientasi pada pelayanan bagi nasabah ;
3. Rangkaian produk dan jasa yang inovatif dan memenuhi kebutuhan yang aktual ;
4. Pemanfaatan teknologi paling mutakhir secara tepat ;
5. Upaya yang terus-menerus dalam mempertahankan tingkat pengamanan perbankan yang paling tinggi ;
6. Jaringan yang luas dari kantor cabang dan kantor cabang pembantu di seluruh Indonesia ;

• Kelemahan :
1. Layanan perbankan BCA yang selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi masih perlu disempurnakan untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan dari para nasabah.
2. Konsentrasi alokasi kredit BCA lebih terfokus pada korporasi perusahaan menengah keatas, sehingga sangat rawan terhadap kemungkinan kredit macet ketika iklim ekonomi sedang krisis dan nilai tukar mata uang yang fluktuatif.
3. BCA belum menjadi bank pilihan utama bagi sebagian masyarakat Indonesia yang mampu mengakomodasi sebagian besar kebutuhan mereka akan layanan perbankan.

• Kesempatan :
1. Sejalan dengan tekad pemerintah yang terus mengembangkan perekonomian Indonesia.
2. Pencanangan tahun 2008 sebagai tahun edukasi perbankan bagi masyarakat, memungkinkan dunia perbankan bertarung secara kompetitif untuk berebut nasabah.
3. Kecenderungan pola hidup masyarakat yang konsumtif, merupakan salah satu peluang yang perlu dicermati untuk meningkatkan jenis produk jasa kredit perbankan dan kualitas pelayanan bagi nasabah.
4. Kecepatan kemajuan teknologi informasi sangat mendukung komitmen BCA untuk mempermudah pelayanan demi meningkatkan kepuasan nasabah.

• Hambatan :
1. Perkembangan dunia bisnis semakin kompleks dengan tingkat persaingan yang tinggi ditengah kondisi perekonomian Indonesia yang terus bergejolak dan tingkat inflasi yang cukup tinggi.
2. Masyarakat cenderung meminati layanan perbankan yang simple dan menawarkan berbagai macam fleksibilitas serta berbagai macam hadiah yang menggiurkan.
3. Tingkat inflasi yang terus meningkat mengurangi minat masyarakat untuk menyimpan uang di bank.

Analisis Kekuatan Persaingan Dunia Perbankan

Pesaing
Saat ini keberadaan BCA berada ditengah pertarungan raksasa-raksasa perbankan di Indonesia. Persaingan dunia perbankan sangat ketat, terutama ketika bank-bank besar milik pemerintah yang mulai kompetitif dalam memberikan produk dan jasa layanan perbankan. BCA akan dihadapkan pada sebuah tantangan bahwa masyarakat akan cenderung memilih perbankan milik pemerintah. Hal ini dimungkinkan karena masih adanya kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan terjadi krisis ekonomi yang berkelanjutan. Bagaimanapun juga masyarakat butuh jaminan keamanan akan likuiditas dana yang mereka simpan di bank, dan masyarakat mulai bijak dalam menentukan bank apa yang akan dipilih. Pertimbangannya tentu saja tidak hanya hadiah-hadiah menarik yang ditawarkan. Didukung dengan kepemilikan asset yang besar serta support dari pemerintah yang jauh lebih besar bank – bank pemerintah menjadi pesaing yang cukup potensial dan perlu mendapat perhatian yang serius dari pihak manajemen BCA.

Pesaing baru
Pesaing baru yang juga cukup potensial di dunia jasa keuangan dan perbankan saat ini adalah munculnya berbagai macam bank yang memberikan layanan perbankan dengan basis pengelolaan syariah. Bank – bank yang lain sudah mulai membuka divisi yang memberikan layanan syariah, seperti Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BPD Syariah. Tampaknya ekspekstasi masyarakat terhadap bank-bank syariah cukup tinggi. Hal ini dikarenakan secara spiritual lebih memberikan ketentraman bagi nasabah, terutama untuk nasabah yang beragama Islam. Layanan dengan metode syariah juga dirasa lebih menguntungkan bagi para pengusaha kecil karena menggunakan sistem bagi hasil yang trasnparan sehingga lebih cocok di saat kondisi perekonomian yang tidak menentu.

Tekanan dari Produk Keuangan Lainnya
Pola hidup masyarakat yang konsumtif memungkinkan kebutuhan masyarakat akan sebuah kredit cukup tinggi, hal ini rupanya juga dilirik oleh perusahaan pendanaan selain bank untuk mengembangkan perusahaan mereka. Saat ini akan dengan mudah kita jumpai perusahaan leasing dengan cukup pesat dapat berkembang dikarenakan berbagai kemudahan yang mereka tawarkan terhadap nasabah dan masyarakat. Sedangakan kebutuhan masyarakat akan jasa penyimpanan uang yang aman dengan memperoleh imbalan kompetitif merupakan pangsa yang kini tidak hanya milik industri perbankan. Saat ini untuk kebutuhan jasa tersebut telah banyak berdiri berbagai perusahaan sekuritas yang menawarkan produk reksadana dan investasi pasar modal yang memberikan keuntungan yang jauh lebih besar daripada deposito perbankan. Perusahaan asuransi yang juga mulai berinovasi sehingga saat ini masyarakat tidak hanya mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan dari lembaga asuransi tapi juga keuntungan yang cukup menggiurkan. Saat ini asuransi bisa kita perhitungkan sebagai sarana investasi yang cukup menarik dan menjanjikan.
Tekanan dari nasabah
Dalam dunia bisnis dikenal ada lima tingkatan konsumen yang dalam hal ini dapat kita samakan dengan nasabah, yaitu Terorist customer, Transactional customer, Relationship customer, Loyal customer, dan Advocator customer. Dari berbagai macam konsumen atau nasabah tersebut BCA harus bersaing secara kompetitif dengan banyaknya bank, perusahaan pendanaan / leasing, dan perusahaan asuransi. Akan sangat menguntungkan jika BCA mendapat konsumen atau nasabah yang masuk dalam kategori loyal customer dan advocator customer. Kini masyarakat selaku konsumen dan nasabah akan dihadapkan pada semakin banyaknya pilihan yang menarik, ini tentu saja kondisi yang sangat bagus karena konsumen dan nasabah bisa memiliki pilihan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka akan sebuah produk dan jasa keuangan. Pada akhirnya tingkat kepuasan nasabah akan jasa layanan perbankan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan bank kepada nasabah yang dapat diidentifikasi meliputi faktor-faktor Reliability, Responsiveness, Assurance, Emphaty, dan Tangibles.

KESIMPULAN

BCA mengadopsi praktik tata kelola perusahaan terbaik, yang merupakan pondasi dari bisnis yang transparan dan sehat. Hal tersebut merupakan komitmen pihak manajemen BCA untuk mempertahankan kepercayaan nasabah, pemegang saham, mitra bisnis dan pemangku kepentingan ( stakeholders ) lainnya. Dalam memastikan tata kelola yang optimal, direktur bersama manajemen akan selalu mengevaluasi implementasi tata kelola perusahaan secara berkesinambungan.
BCA siap memanfaatkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang positif untuk memacu ekspansi kredit di semua segmen, baik untuk segmen individu dengan menawarkan produk-produk kredit baru. Sebagai respon terhadap tingginya inflasi dan tingkat suku bunga. BCA melakukan penyesuaian kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi resiko kredit dan resiko pasar. Dalam proses tersebut BCA secara proaktif memperketat persyaratan kelayakan minimum kredit rating dan membatasi eksposur terhadap industri dan segmen kredit tertentu.
Intinya yang menjadi rahasia dari eksistensi BCA sebagai bank swasta ditengah krisis ekonomi adalah kekuatan pihak manajemen dalam melakukan praktik pengelolaan resiko operasional yang baik dan ketat dengan berlandaskan prinsip kehati - hatian dan pelayanan BCA kepada nasabah dengan mengembangkan pendekatan total customer relationship. Namun BCA perlu bekerja lebih keras lagi untuk dapat meyakinkan masyarakat dan nasabah akan kinerja perbankan yang mereka selenggarakan, selanjutnya memenangkan penilaian masyarakat tentang keunggulan – keunggulan produk dan jasa layanan perbankan BCA.