8.27.2008

Sekedar pandangan untuk negeri ini.

Masyarakat negeri ini kembali dikejutkan dengan berita kenaikan harga jual gas elpiji untuk ukuran 12 Kg. Salah satu sebabnya kata sumber dari Pertamina, " bahwa perusahaan monopoli energi terbesar di Indonesia itu mengalami kerugian karena selama ini menjual elpiji dengan harga subsidi ", bahkan dengan harga baru yang dirilis sekarang ini Pertamina mengaku masih merugi hingga 6,5 Triliun. Loh....monopoli kok rugi ??? Ada yang salah ini,...tapi kenapa rakyat yang dijadikan korbannya. Pertamina juga membuat alibi bahwa harga gas dipasar internasional sudah naik cukup tinggi, oleh karena itu maka harga gas elpiji di dalam negeri akan disesuaikan dengan kondisi pasar internasional. Untuk sekedar mengingatkan bahwa sumber gas di tanah air ini cukup melimpah, bahkan nilai ekspor untuk gas terus naik. Jadi gas di sini tidak perlu impor, sehingga biarpun harga gas di internasional melambung kita semestinya tidak kena imbasnya, karena kita punya sumber sendiri. Justru harusnya negeri ini malah untung karena mendapat laba dari hasil penjualan itu. Pemerintah semestinya ikut turun tangan dalam masalah energi ini, dan tidak sepenuhnya mempercayakan pengelolaan energi kepada Pertamina. Hal ini dapat mengakibatkan Pertamina bertindak sewenang-wenang. Pemerintah yang dalam hal ini diwakili Dirjen Migas Departemen ESDM Evita Legowo mengatakan, elpiji 12 kg merupakan bahan bakar umum, sehingga pemerintah tidak melakukan pengaturan harga. "Mereka sendiri yang mengatur," katanya. Aneh ya....kalo kita konsisten pada UUD'45 maka yang namanya bumi, air, dan segala kekayaan alam yang tekandung didalamnya dikuasai oleh negara untuk digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Tapi sekarang,....minyak tanah dihilangkan, BBM dinaikkan, elpiji ikut-ikutan naik.....semua itu kan bahan energi dasar yang sangat mempengaruhi kehidapan kita di jaman modern. Pastikan bahwa ada yang salah terhadap bangsa ini,....mungkin para penyelenggara negara itu perlu kembali menghayati arti Pancasila dan falsafah yang diamanatkan dalam UUD'45. Kalo perlu para penyelenggara negara termasuk yang di BUMN mengikuti penataran P4 lagi.

[+/-] Selengkapnya...

8.22.2008

Semangat Indonesia Raya






Saat lagu kebangsaan dikumandangkan, apa yang seharusnya kita rasakan sebagai warga negara. Perasaan apa yang seharusnya tercipta ?, bangga, heroik, semangat nasionalisme, ataukah biasa saja. Mungkin hal yang selama ini kita anggap sepele. Saat yang mengharukan ketika mendengarkan lagu kebangsaan dikumandangkan, mungkin itu yang idealnya kita rasakan, mengingat untuk meraih kemerdekaan dan menjadi negara yang berdaulat membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat panjang. Di jaman perang kemerdekaan, para nenek moyang kita rela untuk mendengarkan lagu kebangsaan, dan memberi penghormatan kepada lambang negara walau nyawa yang harus dipertaruhkan. Kini di jaman yang sudah jauh lebih baik, terkadang tidak sedikit kita saksikan diri kita merasa biasa saja ketika Indonesia Raya dikumandangkan. Bahkan kita saksikan bendera merah putih yang lapuk dan tidak terawat berkibar. Malu harusnya kita sebagai generasi muda. Hal ini juga berlaku dalam arena olahraga, lagu dan bendera diperdengarkan dan berkibar tatkala para atlet kita berprestasi atau sebagai penghargaan terhadap tim dari suatu bangsa yang akan berlaga. Bukankah saat ini yang menjadi pahlawan adalah para atlet kita. Karena mereka berjuang untuk mengharumkan nama bangsa dan menampilkan eksistensi serta nama baik negara di kancah olahraga. Namun ada sebuah pemandangan yang sangat mencengangkan. Ada pemandangan yang aneh menurut hemat saya. Semalam (21/08/2008) tim sepakbola kita berlaga dalam tajuk Piala Kemerdekaan. Konon acara ini digelar untuk merayakan hari kemerdekaan kita bangsa Indonesia yang pada 63 tahun yang lalu menyatakan berdaulat. Ketika lagu kebangsaan dikumandangakan para pemain kita justru malah ada yang cuek-cuek saja. Ada yang iseng cuma mengunyah permen. Aduh kenapa pahlawan kita begini? Mengapa mereka yang seharusnya kita andalkan untuk mengharumkan nama bangsa lewat sepakbola, tidak mempunyai semangat nasionalisme dan rasa heroik. Memang rasa nasionalisme tidak bisa diukur dengan kemampuan seseorang untuk menyanyikan lagu kebangsaan, namun setidaknya hal itu mencerminkan kecintaan seseorang terhadap bangsanya. Bukankah atlet-atlet dari negara lain bisa dan mampumenghargai negara mereka dengan selalu menyanyikan dengan lantang lagu kebangsaan mereka dalam setiap kesempatan. Kenapa kita tidak?....Marilah kita kembali ke semangat para pemuda dijaman perjuangan kemerdekaan dulu, yang punya rasa nasionalisme tinggi, yang berani melawan siapa saja....demi kejayaan dan nama besar bangsa ini. Merdeka,....Merdeka,.....

[+/-] Selengkapnya...

8.20.2008

Pemimpin Negeri bertanggungjawablah !!

Semburan gas liar di desa Siring Sidoarjo mengeluarkan api. Hal tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi para penduduk di sekitar desa tersebut. Penyelesaian masalah lumpur yang berlarut-larut membuat rakyat menderita dan tersiksa secara lahir batin. Dari sini kita coba mengetuk hati dari seluruh warga masyarakat negeri ini, teriring tanya dari kami, pantaskah hal ini menimpa saudara-saudara kita ?? apa salah saudara kita di sidoarjo sehingga mengalami nasib yang begitu memilukan. Tolong diingat-ingat siapa-siapa yang harus bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup mereka. Untuk saudara-saudaraku mohon bersabar, dan yakinlah ALLOH pasti bersama dengan orang-orang yang sabar dan tetap beriman. Kami serukan kepada para pimpinan di negeri ini tolong segera tuntaskan masalah lumpur dan selamatkan nasib warga Sidoarjo.

[+/-] Selengkapnya...

8.19.2008

Belajar dari Majapahit

Masih lekat dalam ingatan kita bersama betapa kita pernah menjadi bangsa yang besar dengan wilayah yang hampir menguasai seluruh asia tenggara, di bawah bendera Majapahit dulu kita pernah jaya. Bangsa yang sangat disegani dan diperhitungkan dalam pergaulan internasional. Kemasyuhran Nagari Mojopahit tidak terbantahkan lagi, prasasti, candi dan kitab dan hasil pemikiran yang turut melandasi dasar negara kita sekarang Indonesia. Apakah bangsa Indonesia sekarang sudah bisa sebesar Majapahit dulu ? Apakah negeri ini telah diperhitungkan dalam dunia internasional ?, Sebagai bangsa yang besar marilah kita belajar dari sejarah, bahwa sebenarnya kita mampu menjadi bangsa yang besar dan berpengaruh. Telah banyak kisah yang menceritkannya, hal ini tidak dapat kita pungkiri bahwa sebenarnya negeri ini berbakat untuk menjadi negara yang besar, tinggal seberapa besar kemampuan para pengelola negeri ini untuk mengurusnya.

[+/-] Selengkapnya...